Senin, 16 September 2013

Pengalaman Pertama Berkumpul Bersama Para Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Cianjur


Hari itu saya sengaja pergi ke Cianjur (dari Sukabumi), salah satu alasannya untuk mengikuti suatu acara, berkumpul bersama para anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Cianjur di Mesjid Agung Cianjur. Sudah sejak awal saya beranggapan, sepertinya kebanyakan anggotanya adalah Rohis (Rohanian Islam) karena sering kumpulnya di mesjid, dan ternyata memang betul. Kesan pertama saya bertemu teman-teman di FLP ini, mereka hampir semua mengenakan pakaian tertutup, berhijab panjang (wanita). Begitupun anggota laki-lakinya, berdandan sopan dan rapi. Terlihat sekali mereka adalah teman yang baik, yang bisa membawa ke kebaikan atau pengaruh positif. Saya begitu senang. Rasanya, ini memang lingkungan yang begitu baik dan cocok untuk membangun kepribadian baik saya. Siapa tahu bisa kebawa baik dan shalehanya juga. Hihi. Berharap sekali.

Sebetulnya ini kali pertama saya mengikutinya, karena diperbolehkan oleh ketua dari forum ini yang baru saja saya kenal di SMS. Sebelumnya saya memang memohon agar bisa mengikuti diskusi dan praktik menulis yang rutin dilaksanakan setiap akhir pekandi hari minggu pukul satu siang ini. Niatnya, sekalian mau ketemu langsung dengan Bu Ketua dan berkenalan dengan teman (baru) lainnya juga. 

Nah, setelah berkenalan dengan semua anggota yang hadir saat itu, kamipun memulai diskusi. Mereka memang menekankan kita untuk terus membaca dan menulis (apapun itu). Maka saat saya mengisi absenpun, di sana sudah tertera kolom yang harus diisi diantaranya; nama, nomor HP, alamat, datang pukul berapa, buku yang telah dibaca selama seminggu terakhir, dan sudah membuat karya apa selama seminggu itu.

Saya cukup kaget juga, karena baru tahu akan ada pendataan (cukup) lengkap ini sebelum dimulainya diskusi. Untunglah, sebelumnya saya memang sedang senang membaca, karena kebetulan juga saya punya buku yang belum sempat selesai dibaca, juga memang ada yang sengaja saya baca ulang (untuk kesekian kalinya) karena menurut saya menarik dan butuh pemahaman lebih dalam lagi.

Lalu saya tulislah dua judul buku yang saya baca belakangan ini di salah satu kolom; Sinergi Tiga Otak dan Reporter and the City.  Sedang untuk kolom karya yang pernah dibuat, saya malah tidak mengisinya. Padahal kenapa tidak saya isi saja dengan; puisi? Saya malah kelupaan. -______-

Setelah itu dimulailah kegiatan kami dengan pembacaan salah satu ayat Al-Quran oleh ketua forum. Beberapa menit berlalu, maka diskusi dan praktik menulis minggu ini diberitahukan bertema “Tiga Hal Unik yang Dapat Dibalikkan” (yang akan ditulis di tulisan berikutnya).

Kami diminta menuliskan tiga hal (berbentuk kalimat) yang dapat dibalik yang dapat kita temui di kehidupan sehari-hari. Salah seorang diantara mereka memberikan contoh satu cerita logis yang sudah lumrah di masyarakat dan hal tersebut dapat dibalik―dengan masih bersifat logis.
              
Mulailah kami sibuk berpikir, bahkan beberapa di antara kami berusaha mencari tempat senyaman mungkin (masih di sekitaran kami), dan duduk dengan posisi seenak mungkin, yang diharapkan dapat membantu lebih cepatnya Si Ide datang. Semua orang terlihat sibuk dengan pikirannya masing-masing, termasuk saya.

Saya hanya memikirkan hal-hal atau kejadian sederhana yang biasa terjadi di sekitar namun jarang diexpose. Tentunya mendapat tepuk tangan dari teman-teman di tempat itu sesaat setelah saya membacakan apa yang telah saya tulis di buku catatan. Berbeda dengan salah seorang dari kami, dia menceritakan (maaf) hal yang kurang logis dan lebih kepada cerita khayalan. Tapi walau begitu, kami tetap menghargainya. Asalasannya mungkin kalau menurut saya karena dia kurang fokus mendengar contoh cerita ‘logis’ itu, sebab memang dia sedari tadi terlihat asyik memaikan netbooknya, entah sedang apa. Mungkin sedang membuat sebuah tulisan tentang hari itu. 
           
Selain itu juga kami berdiskusi tentang apa itu kreativitas dan inovasi. Begitu banyak pendapat dari tiap orangnya. Amat sangat bisa dirangkum, lalu dibuat artikel dan sejenisnya.

Saya sempat mengobrol dengan seorang lelaki yang duduk di sebelah saya waktu itu. Dia melihat kertas absen, dan saya kira dia menyadari kalau saya bukan orang asli sini. Dia lalu bertanya dan mengajak berdiskusi (sedikit) tentang sastra, termasuk tentang sastrawan yang ada di Sukabumi. Ya, dia menanyakan itu dan saya lupa siapa. Padahal sebelumnya, di kampus pernah menemukan nama seorang sastrawan yang berasal dari Sukabumi di buku Sejarah Sastra (kalau tidak salah). Duh.
                
Setelah hampir selesai mengobrol, di akhir obrolan, saya menanyakan dia kuliah di mana. Karena tadi saya lupa menanyakannya, sedang dia sudah tahu kalau saya kuliah di salah satu universitas di Cianjur. Lalu dia menjawab “Masih sekolah teh, di SMK.” Begitu katanya. Saya cukup kaget serta kagum. Saya mengira bahwa dia sedang kuliah juga, tapi ternyata belum. Pengetahuannya begitu luas (untuk ukuran anak sekolah). Saya yakin sekali dia rajin membaca buku-buku tentang sastra, atau mencari-cari tahu dari sumber lain juga. Karena sempat juga dia menanyakan salah seorang (yang cukup berpengaruh di kampus), kenal atau tidak, katanya. Mungkin dia temannya, atau pernah belajar darinya. Mungkin.
                
Diskusi ditutup dengan ketuanya memberi pesan terlebih dahulu. “Tolong kembangkan lagi apa yang kita pelajari dan praktikkan hari ini, ya?” Aku mengangguk seraya tersenyum penuh semangat saat itu. Teman-teman yang lainpun sama, tampak menyetujui walau punya reaksi-reaksi tersendiri setiap orangnya.

Sepulang dari sana saya dibuat begitu senang dan bahagia bisa berkumpul bersama teman-teman yang sehobi. Saya berharap, mereka dapat menjadi moodbooster saya agar terus dan terus menulis, juga tak lupa membaca karya-karya orang lain sebagai bekal juga untuk mengikuti jejak hebat mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar