Rabu, 04 September 2013

“Don’t Judge a Book by Its Cover”, Istilah Klasik Cara Memilih Buku

Acap kali kita mendengar atau membaca tulisan yang bertanda kutip di atas―yang berarti “Jangan menilai buku dari sampul” ini sudah lama sekali berakar terutama di dunia perbukuan. Seolah melarang kita memilih-milih buku yang akan kita beli atau baca hanya sekedar melihat sampul bukunya saja. Menurut mereka, buku yang bagus tidak bisa dilihat dari luar. Namun, kita harus mendalaminya langsung dengan cara membacanya hingga selesai. 

Ya, memang betul. Kita tidak bisa menilai suatu buku bagus atau buruk hanya dari sampulnya saja. Tapi juga bukan berarti kita harus memilih sampul yang biasa dan tidak menarik hanya untuk menghargai bahkan meyakini istilah tersebut. Kita sebetulnya dibolehkan bahkan bebas untuk memilih sampul buku mana yang terlihat menarik dengan judul buku yang juga menarik. Karena tidak bisa dimungkiri, kita memang masih saja sering melakukan hal tersebut. 

Kalau menurut saya, itu sah-sah saja. Toh, justru karena kita beranggapan bahwa setiap buku itu bagus dan layak dibaca, makanya kita tak jarang memilih buku hanya melihat dari sampul―tentunya dengan membaca sinopsisnya juga di balik buku tersebut. Karena kita tahu, tidak mudah menerbitkan sebuah buku. Para penulis selain harus berusaha menulis dengan baik dan bagus juga setelah itu berusaha untuk dapat diterbitkan di salah satu penerbit. Jadi, kita patut menghargai setiap usaha mereka. 

"I think it's ok to judge a book by its cover, asalkan tahu triknya. Makin banyak baca buku, makin pinter kita milihnya," begitulah komentar salah seorang teman saya di twitter saat saya ber-kultwit membahas judge-ing buku ini. Terlihat setuju-setuju saja, sepemikiran. 

Nah, saya beranggapan bahwa sepertinya yang menciptakan istilah itu adalah penulis itu sendiri. Mereka mungkin kurang percaya diri atas tulisan yang telah dibuat dan diterbitkannya, lalu khawatir pembaca akan memilih-milih buku dengan cara yang salah. Padahal justru karena adanya istilah itu, kita jadi (dengan sadar) melakukannya. Seolah melempar boomerang, akan kembali berbalik. Yang ditakutinya malah justru terjadi. Mungkin jadi semacam sugesti. Mungkin saja. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar